Diberdayakan oleh Blogger.

Swasta atau PNS? - Kegalauan Fresh Graduate

Image result for fresh graduate illustration

Euphoria kelulusan seorang mahasiswa nyatanya cuma bertahan selama kurang lebih 2 minggu setelah wisuda. Selebihnya euphoria digantikan kecemasan "Duh, gue kerja dimana ya?"

Kelulusan gue bertepatan (atau tepatnya mepet) dengan pendaftaran CPNS. Dengan segala rupa kemepetan itu, akhirnya gue bisa melengkapi administrasi pendaftaran. However, gue tetep coba apply di beberapa (atau tepatnya banyak) perusahaan swasta melalui website loker. Sebulanan lah ga ada kabar dari satu pun perusahaan swasta tersebut. Long story short, sebuah firma konsultan manajemen manggil untuk interview. At almost the same time, gue juga tes dan interview tahap akhir CPNS.

2 hari setelah tes akhir CPNS, firma tersebut hubungin gue dan nawarin untuk kontrak selama 3 bulan. Galau? Pasti. Sebuah firma konsultan manajemen bergengsi versus CPNS di lembaga non-kementerian. Sebuah perbandingan yang tidak apple-to-apple kan antara CPNS dan swasta ini. Firma tersebut menawarkan pengalaman kerja yang menantang dan gaji yang bikin fresh-grad kaya gue cuma melongo doang. Sementara CPNS menawarkan kesejahteraan karier dan gaji sampe pensiun dan gue udah tau kerjanya apa since gue internship di posisi yang sama dengan yang gue lamar. Kemungkinan gue lolos CPNS sekitar 65% dengan adanya pengalaman magang itu.

However, I had to decide ASAP. Bahkan sebelum pengumuman CPNS gue harus udah ngabarin ke firma tersebut either I take it or leave it. Terus gimana? So, here are things I did to help me make my biggest decision ever.

1. Know What You Want
Pekerjaan seperti apa yang lo mau? Yang challenging atau yang stabil? Swasta bisa aja menawarkan pekerjaan yang out of your 'competence'. Bisa aja lo lulusan sastra tapi ditawarin jadi sekretaris atau admin operasional. Hal ini justru jadi tantangan tersendiri, terutama buat fresh-grad yang biasanya masih semangat-semangatnya belajar hal baru. Di PNS lo ditempatkan di posisi yang sesuai dengan kompetensi lo. Kemungkinan besar lo mempergunakan ilmu lo di tempat yang tepat. Ini memudahkan lo untuk adjusting to your job.

2. SWOT Analysis
Pelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing pekerjaan. Perhitungkan benefit, job description, jarak dari rumah, jenjang karier, dsb. Misalnya gini. Swasta: gaji besar, pekerjaan menantang, jauh dari rumah but reachable by public transportation, ada kemungkinan perpanjang kontrak/diangkat tetap. PNS: gaji standar, pekerjaan rutin/sama, ga terlalu jauh dari rumah, ada kenaikan jabatan tiap beberapa tahun sekali. Either way, keduanya punya kelebihan dan kekurangan yang seimbang.

3. Set Your Goal
Apa yang lo cari dan mau lo capai dari pekerjaan itu? Gaji besar kah? Kestabilan karier kah? Kalo gaji besar, ya swasta. Kalo kestabilan karier, ya PNS. SWOT analysis bisa membantu untuk set your goal.

4. Tanya Orangtua/Keluarga
Sampein 3 hal yang udah disebutin sebelumnya ke orangtua. Beri pengertian ke mereka plus-minusnya. Cari second opinion ke saudara. Kalo gue nanya ke kakak-kakak gue karena mereka udah bekerja bertaun-taun baik di swasta maupun di PNS. They will help you figure out what to do.

5. Berdoa
Iya. BERDOA. Udah paling mentok ini. Masih bingung? Ya udah berdoa aja semoga diberikan petunjuk. Tapi sebenernya, kalo lo udah make up your mind, berdoa adalah proses penetapan hati pada pilihan.

Kelima tahap ini gue lakuin hanya dalam waktu 3 hari. Setelah memilih yang baik, maka lakukan yang terbaik. Apapun pekerjaannya, yang penting halal dan suka dengan kerjaannya. Percayalah, rezeki ga akan ketuker.

So, here I am now at the third day of work at that management consultant firm as a translator.

You May Also Like

0 komentar