Diberdayakan oleh Blogger.

18th Asian Games 2018 - Positive Energy of Indonesia

"Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!"
John F. Kennedy


Closing Ceremony 18th Asian Games 2018. Credit to: Twitter @hanthusiast

Indonesia menjadi tuan rumah bagi perhelatan akbar olahraga Asia di momen yang tepat. Opening ceremony diadakan pada tanggal 18 Agustus 2018, sehari setelah peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-73. Saat itu, energi dan semangat patriotisme masyarakat sedang tinggi. Semuanya menjadi nasionalis, yang mana menurut saya itu adalah hal baik. Di tengah berbagai perselisihan politik dan berbagai hal sensitif lainnya, masyarakat Indonesia bersatu.

Saya termasuk orang yang tidak menonton Opening Ceremony Asian Games 2018, baik secara langsung di Gelora Bung Karno mau pun lewat televisi. Esoknya, saya menyesal tidak menonton karena dari yang saya pantau di Instagram dan Twitter, semua orang membicarakan kemegahan dan kemeriahan acara tersebut. Langsung saja saya mencari di YouTube video-videonya. Benar saja, ketika melihat VT Presiden RI masuk ke GBK menggunakan motor gede dan aksi akrobatik (yang menggunakan stuntman, tentu saja.) saya spontan berkata "Wah, gila! Ini keren banget, anjir!" Reaksi kekaguman saya tidak berhenti sampai di situ. Saya masih dibuat kagum dengan penampilan Tari Ratoh Jaroe (bukan Tari Saman. Selama ini banyak yang salah persepsi) dan penampilan-penampilan setelahnya. Saat itu semangat saya langsung terpompa. Mulai muncul rasa optimis Indonesia bisa berlaga dengan sangat baik di Asian Games kali ini.
Opening Ceremony 18th Asian Games 2018. Credit: Twitter @cheoleopseo

Sejujurnya saya juga tidak terlalu mengikuti semua pertandingannya. Tapi saya cukup memantau lewat media sosial Instagram dan Twitter. Dari sana saya tahu bahwa Indonesia memenangkan medali emas pertamanya pada tanggal 19 Agustus 2018 di cabor Taekwondo yang diraih oleh Defia Rosmaniar. Kemenangan ini pun langsung menular ke cabor lain yang tidak butuh waktu lama untuk meraih medali-medali berikutnya. Sebut saja wushu, panjat tebing, jetski, tenis, dan atletik di antaranya. Dukungan dan doa untuk pada para atlet yang bertanding mengalir tanpa henti, dari berbagai lapisan masyarakat, dari berbagai usia, dari berbagai suku.
Medali emas pertama Indonesia diraih oleh Defia Rosmaniar. Credit: Twitter @kemristekdikti
Akhirnya saya menonton salah satu pertandingan di Asian Games 2018, yaitu bulu tangkis. Malam Idul Adha saya berkumpul bersama teman-teman saya di suatu coffee shop yang sayangnya tidak ada TV. Saya hanya sekilas memantau via sosial media bahwa hari itu ada pertandingan bulu tangkis beregu putra. Yang menjadi perhatian seluruh masyarakat hari itu adalah Anthony Sinisuka Ginting. Ia mengalami cedera keram kaki saat bertanding melawan Shi Yuqi, namun tetap berjuang bertanding hingga akhir. Ginting akhirnya harus menyerah di set ketiga dengan skor 20-21 dan ditandu keluar lapangan.

Saat itu juga, banyak cuitan di Twitter yang menyemangati Ginting. Tidak sedikit juga yang mengungkapkan bahwa mereka menangis melihat Ginting. Bisa bayangkan memaksakan bertanding demi negaranya walaupun cedera? Siapa yang tidak ingin menangis melihat semangat juang Ginting?

Ginting terpaksa menyerah di set ketiga. Credit: Twitter @jnessy_
Pertandingan berikutnya akhirnya bisa saya saksikan di TV setelah saya pindah ke gerai fast food dekat coffee shop tadi. Saat itu pertandingan antara Jonatan Christie dan Chen Long. Hampir semua pengunjung gerai fast food itu menonton lewat 2 TV yang disediakan di sana. Semua berteriak, cemas, dan bersorak melihat pertandingan tersebut. Jojo kalah, namun tim bulu tangkis putra Indonesia meraih perak pada akhirnya. Saya langsung kembali optimis bahwa Indonesia bisa meraih medali-medali lainnya.

Pertandingan bulu tangkis nomor individu hanya saya saksikan melalui streaming di kantor. Ginting dan Jojo kembali bertanding dan saya hanya bisa menahan teriakan saya karena saya streaming sambil bekerja. Saya benar-benar berharap bisa All Indonesian final kala itu setelah Jojo berhasil melangkah ke final setelah mengalahkan Shi Yuqi. Satu medali telah dipastikan aman untuk Indonesia. Teriakan "GINTING BISA, GINTING PASTI BISA" memenuhi Istora dan memompa semangat semua yang menyaksikan. Sayangnya langkah Ginting terhenti di semifinal melawan Chou Tien Chen, namun ia berhasil mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia.
Ginting meraih perunggu, sementara Chou melangkah ke final berhadapan dengan Jojo. Credit: Twitter @KennyDAC
Harapan saya dan (saya yakin hampir semua) masyarakat Indonesia untuk All Indonesian final bulu tangkis terwujud setelah pasangan Fajar-Rian melangkah ke final menyusul duo The Minions, Kevin Sanjaya dan Marcus Gideon. Ini meningkatkan optimisme dan semangat masyarakat karena dua medali yaitu emas dan perak sudah berhasil diamankan oleh Indonesia dari cabor bulu tangkis.

Di hari berikutnya saya kembali streaming untuk menyaksikan Jojo bertanding melawan Chou Tien Chen di laga final. Saya hanya bisa menahan diri untuk ikut berteriak "JOJO BISA" seperti supporter di Istora Senayan sambil chat WhatsApp dengan teman saya yang sama-sama mendoakan Jojo agar menang.
Isi percakapan saya dan seorang teman saat Jojo bertanding
Hingga akhirnya Jojo pun berhasil merebut medali emas untuk Indonesia. Satu Istora bersorak mengelu-elukan nama Jonatan Christie. Saya pun ikut bersorak dalam hati sambil mengucap syukur pada Tuhan. Doa masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan, suku, ras, agama, usia, dan latar belakang didengar dan disampaikan melalui kemenangan Jojo siang itu.

Jonatan Christie saat prosesi pengalungan medali. Credit: Twitter @metridavidiarsi
Credit: Instagram @rocknal
Pertandingan ganda putra All Indonesian final antara duo The Minions dan FajRi dimulai sesaat setelah final tunggal putri selesai. Di pertandingan ini saya sebenarnya berharap menonton dengan agak santai karena keduanya bagi saya sudah menang. Namun pertandingan tetap sengit, mengakibatkan 3 kali match point di set ketiga. Hingga pada akhirnya The Minions lah yang merebut gelar juara satu dan FajRi meraih medali perak. Hari itu, Indonesia Raya berkumandang 2 kali. 2 pemain terbaik tunggal putra Indonesia dan 4 pemain terbaik ganda putra berhasil mempersembahkan hadiah terbaik untuk Indonesia.
Pertandingan set kedua ganda putra, FajRi vs The Minions. Credit: Twitter @metridavidiarsi

Indonesia Raya berkumandang saat prosesi pengalungan medali ganda putra. Credit: Twitter @metridavidiarsi
Kemenangan demi kemenangan diraih oleh atlet-atlet terbaik Indonesia. Tiada hari tanpa medali, cabor lain pun ikut menyumbang medali-medali untuk Indonesia. Tidak berselang lama, cabor pencak silat mempersembahkan medali emas sebanyak 14 buah. Kontan saja Indonesia naik ke peringkat 4, menyalip Iran yang sebelumnya berada di posisi tersebut. Menjelang hari terakhir rangkaian Asian Games, cabor sepak takraw berhasil mempersembahkan medali emas ke-31, melengkapi perolehan total 98 medali bagi Indonesia. Sebuah prestasi yang sangat membanggakan karena perolehan ini sangat melampaui target perolehan medali. Suasana pengalungan medali sepak takraw di Palembang berlangsung haru. Para atlet tak mampu membendung air mata ketika Indonesia Raya kembali berkumandang.
Wewey Wita, peraih medali emas cabor pencak silat. Credit: Twitter @UNJ_official

Medali emas ke-31 dari tim sepak takraw Indonesia. Credit: Twitter @GNFI

Closing ceremony Asian Games digelar malam tadi, 2 September 2018. Hujan deras mengguyur ibukota, namun tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk menyaksikan acara tersebut. Ada yang menggunakan payung, jas hujan, dan bahkan ada yang memilih untuk basah kuyup. Semua demi closing ceremony Asian Games. Dua hal yang menjadi highlight untuk saya adalah ketika lagu Asia's Who We Are yang diciptakan dan dibawakan oleh Isyana Sarasvati mengiringi tampilan VT perjuangan atlet-atlet selama Asian Games. Rasa haru memenuhi diri saya. Membayangkan para atlet yang telah berjuang membela negaranya sepenuh hati, meraih kemenangan, mengambil pelajaran dari kekalahan. 

Yang kedua adalah ketika lagu Kemesraan dinyanyikan oleh Bams dan Lea Simanjuntak. Seketika saya merasa sedih harus berpisah dengan event olahraga terbesar di Asia ini. Saya akan merindukan indahnya persatuan rakyat Indonesia, bersatu dalam doa yang dipanjatkan untuk para pejuang olahraga agar Indonesia Raya tak henti berkumandang di venue pertandingan. Saya juga akan merindukan semangat olahraga yang ditularkan para atlet. Saya yakin setelah Asian Games ini banyak yang ingin menjadi atlet dan membela negeri ini di mata dunia olahraga internasional.

Saya juga akan rindu dengan spanduk-spanduk "Siap Sukseskan Asian Games 2018" yang terpajang di sepanjang jalan. Saya akan rindu dengan slogan "Energy of Asia" yang terpampang di armada Transjakarta. Saya akan rindu semangat bela negara yang bergelora di dalam diri rakyat Indonesia.

Saya ingin mengucapkan terima kasih untuk semua elemen yang terlibat dalam 18th Asian Games 2018 ini. Baik pemerintah, penyelenggara, atlet, volunteer, petugas kebersihan, petugas konstruksi, supporter, petugas keamanan, petugas transportasi, pelatih, tim ofisial, dan semua yang telah menyukseskan acara olahraga yang hebat ini. Terima kasih telah menyatukan Indonesia dalam energi positif untuk mempersembahkan yang terbaik di Asia. Semoga jika Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 saya masih dapat menyaksikan dan berkesempatan untuk mendukung secara langsung perhelatan akbar tersebut.

Pesta olahraga terbesar di Asia memang sudah usai. Namun energi positifnya masih terasa, paling tidak bagi saya. Walaupun saya bukan volunteer, supporter setia, penonton, apalagi atlet yang bertanding. Saya berharap dan berdoa agar energi positif ini tidak luntur dan selalu ada sampai kapan pun.
Semua untuk Indonesia. Credit: Twitter @gilangpmks

You May Also Like

0 komentar